Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University menyelenggarakan webinar series pertamanya hasil kolaborasi dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM) dan Produsen Energi Biomassa Indonesia (PEBI), 11/6.
Kegiatan ini mengambil tema Prospek Penggunaan Kompor Biomassa sebagai Alternatif Pemenuhan Energi Rumah Tangga dan Industri Kecil. Pokok bahasan ini merupakan bagian dari urgensi penggunaan biomassa sebagai pengganti bahan bakar fosil demi merealisasikan Rancangan Undang-undang (RUU) Energi Baru Terbarukan (EBT).
Ir Sri Endah Agustina, MS, dosen IPB University di Divisi Teknik Energi Terbarukan, Departemen TMB yang aktif di Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) pun turut menyumbangkan pendapatnya tentang pengembangan energi biomassa. Batang singkong, limbah kelapa sawit, sekam, limbah kertas, bonggol jagung, cangkang kemiri, sampah, dan limbah nabati lainnya merupakan bahan bakar nabati yang produk primernya dapat langsung dijadikan bahan baku biofuel.
Sementara itu, Prof Dr Muhammad Nurhuda, peneliti bidang energi dan kompor biomassa dari Universitas Brawijaya menambahkan bahwa kenyamanan masyarakat atas penggunaaan LPG dibandingkan kompor biomassa juga menjadi salah satu penyebab utama mengapa sulitnya pengalihan penggunaan kompor LPG ke biomassa itu sendiri. Saat ini, belum ada teknologi kompor biomassa yang memenuhi harapan pengguna, mulai dari kenyamanan, harga, hingga pembakaran.
Ichsan Maulana, ST, MM selaku praktisi kompor biomassa dan Ketua PEBI juga mengatakan penggunaan kompor biomassa di industri kecil menengah dapat menguntungkan bagi pengusaha. Kompor biomassa di industri dapat berupa kompor biomassa standar, single, kompor gasifier ataupun boiler for burner menggunakan wood pellet. Perbandingan dari pengunaan kompor gas konvensional dan biomassa dapat menghemat biaya penggunaan bahan bakar hingga 25,66 persen per bulan.